RUMUS MENONTON FILM HOROR

  • Timothy Louis Barus SMA Pradita Dirgantara Boyolali
  • Yaumasakti Kridhasa SMA Pradita Dirgantara Boyolali
  • Nanang Adi Prayitno SMA Pradita Dirgantara Boyolali
Keywords: Teknologi informasi, Film Horor, Tingkat Ketakutan, SMA Pradita Dirgantara

Abstract

Teknologi informasi membuat kehidupan manusia semakin mudah. Industri perfilman semakin berkembang setelah penggunaan CGI (Computational Generated-Imagery). Film horor merupakan genre film yang menggunakan bantuan komputer dalam pembuatannya. Dengan CGI, maka film horor bisa mencapai masa kejayaannya dan dapat memberi apa yang masyarakat inginkan. Meskipun begitu, tidak semua masyarakat menyukai film horor karena mereka takut akan filmnya. Peneliti kemudian berhipotesis bahwa tingkat ketakutan memiliki hubungan dengan intensitas cahaya, volume suara, jarak mata ke layar, banyaknya benda dalam pandangan, diagonal layar, keramaian, suhu, pemilihan jam, dan membawa benda kesukaan . Berdasarkan hipotesis tersebut, peneliti melakukan penelitian dan melakukan kuesioner melalui google form dan mengambil 50 sampel dari 100 responden dari SMA Pradita Dirgantara secara purposive (dengan mempertimbangkan secara betul-betul bahwa sampel yang diambil mewakili seluruh sample) . Setelah melakukan penelitian, hasil didapatkan bahwa tingkat ketakutan akan semakin besar jika intensitas cahaya perangkat, volume suara, banyaknya benda, diagonal layar, jam (semakin malam) semakin bertambah. Sedangkan tingkat ketakutan akan semakin minim apabila intensitas cahaya sekitar, jarak, jumlah penonton bersama, suhu, dan benda yang dipakai bertambah. Sehingga peneliti menyimpulkan adanya korelasi antara tingkat ketakutan dengan beberapa variabel di atas. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memberikan saran bagi penelitian ini, peneliti lain, masyarakat, serta produser film horor.

Published
2021-11-03
Section
Articles